PERANG YAMAMAH

Perang ini terjadi pada tahun 11 H atau 632 M tepatnya bulan Desember antara pasukan Abu Bakar melawan Pasukan Musailamah al-Kadzab. Pasukan Islam dipimpin oleh Khalid bin Walid.

Jumlah pasukan kaum muslimin sebanyak 13.000 sedangkan pasukan murtaddin berjumlah 40.000 orang.

Perang ini dimenangkan pasukan Abu Bakar hanya saja menelan korban yang sangat banyak baik dari pihak pasukan Islam maupun pasukan murtaddin. Korban dari pihak pasukan Islam sebesar 1200 orang sedangkan dari pihak musuh berjumlah 21.000 orang.

 

LATAR BELAKANG

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad banyak suku-suku Arab yang murtad dan melawan terhadap Kekhalifahan Islam di Madinah. Khalifah Abu Bakar mengkordinasikan 11 pleton pasukan untuk menumpas pemberontak.

Abu Bakar menugaskan Ikrimah bin Abu Jahal untuk memimpin salah satu pleton. Ikrimah bin Abu Jahal ditugaskan untuk menumpas Musailamah al-Kazzab, tetapi tidak bertemu dalam sebuah pertempuran.

Kemudian Khalifah Abu Bakar menugaskan Khalid bin Walid untuk menumpas Musailamah al-Kazzab, setelah ia berhasil menumpas pemberontak di tempat lain. Tugas Ikrimah dalam pertempuran ini adalah untuk memastikan Musailamah al-Kazzab tetap di Yamamah hingga Khalid bin Walid datang untuk memimpin pasukan menumpas Musailamah al-Kazzab.

 

TERJADINYA PERTEMPURAN

Sebelumnya, Khalid telah membagi pasukan Muhajirin dan Anshar. Khalid memisahkan kedua pasukan ini dari pasukan muslimin yang berasal dari kabilah Arab yang lain. Beliau juga memisahkan pasukan berdasarkan keturunannya masing-masing. Sehingga setiap pasukan berperang di bawah bendera komando keturunannya. Dengan cara seperti itu, maka akan segera diketahui dari bagian pasukan yang mana kekalahan menimpa mereka.

Bendera kaum Muhajirin dipegang oleh Salim maula Abu Hudzaifah. Bendera kaum Anshar dipegang oleh Tsabit bin Qais bin Syammas, sedangkan kabilah Arab yang lain menggunakan bendera sendiri.

Ketika pasukan muslimin dan pasukan Musailamah Al-Kadzdzab berhadap-hadapan, Musailamah berkata kepada pengikutnya, “Hari ini adalah hari kecemburuan. Jika kalian kalah pada hari ini maka istri-istri kalian akan menjadi tawanan dan mereka akan menjadi budak. Oleh karena itu, berperanglah kalian untuk membela kedudukan dan melindungi wanita-wanita kalian.”

Pasukan muslimin terus maju hingga Khalid naik ke tanah yang lebih tinggi dari Yamamah.

Kemudian pasukan kaum muslimin dan orang-orang kafir saling bertempur. Terjadilah pertempuran. Pasukan muslimin dari kabilah Arab yang lain bisa dikalahkan. Kemudian para shahabat saling menyalahkan sesama mereka.

Tsabit bin Qais bin Syammas berkata, “Sungguh amat jelek kebiasaan yang kalian berikan kepada rekan kalian.”

Lalu terdengarlah seruan dari segala arah, “Berikanlah jalan keluar kepada kita, wahai Khalid.”

Setelah itu, kelompok Muhajirin dan Anshar masing-masing membentuk kelompok sendiri, juga Al-Barra’ bin Ma’rur

Adapun Bani Hanifah menjalani perang ini dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.

Karena itu, para shahabat saling memberikan wasiat di antara sesama mereka. Para shahabat mengatakan, “Wahai penghapal surat Al-Baqarah, hari ini saatnya menjadi pahlawan.”

Tsabit bin Qais membuat lubang untuk menanam kedua kakinya di bumi hingga setengah betis setelah ia mengusapkan obat pengawet mayat dan mengenakan kafan, dalam keadaan ia memegang panji kaum Anshar. Ia masih terus bertahan hingga terbunuh di lubang itu.

Kaum Muhajrin mengatakan kepada Salim maula Abu Hudzaifah, “Apakah kamu khawatir kita akan ditimpa kekalahan padahal kamu ada di sini?” Lalu Salim mengatakan, “Kalau seperti itu yang terjadi maka aku sejelek-jelek pembawa Al-Quran.”

Zaid bin Al-Khaththab berkata, “Wahai sekalian kaum muslimin, mengigitlah kuat-kuat dengan gigi geraham kalian. Teruslah mengayuhkan pedang kalian ke arah musuh-musuhmu! Teruslah maju! Demi Allah, aku tidak akan bicara lagi setelah ini hingga Allah mengalahkan mereka, atau aku berjumpa dengan-Nya, lalu aku akan mengajak-Nya bicara dengan alasan-alasanku.” Kemudian ia gugur sebagai syahid, semoga Allah meridhainya.

Abu Hudzaifah berkata, “Wahai penghapal Al-Quran, hiasilah Al-Quran dengan amal kalian.” Lalu ia terus maju ke tengah pasukan musuh hingga gugur.

Khalid bin Al-Walid terus menyerang hingga melewati pasukan musuh dan menuju ke arah Musailamah. Ia senantiasa mengintai untuk bisa mencapai Musailamah agar bisa membunuhnya. Kemudian ia berbalik dan berdiri di antara dua pasukan.

Dia menantang untuk duel dan mengatakan, “Aku adalah putra Al-Walid. Aku adalah putra ‘Amir dan Zaid.”

Kemudian ia mengumandangkan semboyan-semboyan kaum muslimin. Mulalilah ia membunuh setiap panglima perang musuh yang berduel dengannya. Pasukan muslimin mulai menguasai keadaan. Lalu ia mendekati Musailamah dan menawarkan untuk kembali kepada kebenaran. Akan tetapi, setan yang ada pada diri Musailamah terus membisikinya, sehingga Musailamah tidak mau menerima tawaran apapun. Setiap kali Musailamah mencoba menyadari kesalahan, setan yang ada padanya selalu berupa memalingkannya, dan Musailamah al-Kazzab berhasil melarikan diri bersama dengan pasukannya.

Para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa maju menerjang leher-leher musuh, hingga Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Orang-orang kafirpun lari tunggang langgang. Para shahabat masih terus memerangi sisa pasukan musuh dan menebaskan pedang ke leher-leher mereka. Para shahabat berhasil mendesak pasukan Musailamah di kebun kematian. Hakim Yamamah, yaitu Muhkam bin Ath-Thufail -semoga Allah melaknatnya- telah memberikan isyarat agar pasukan Musailamah memasukinya bersama 7000 pasukan yang tersisa.

Lalu pasukan Musailamah masuk ke banteng, dan di dalamnya ada musuh Allah, Musailamah. Abdurrahman bin Abu Bakar berhasil mendekati Ath-Thufail dan memanahnya sampai mengenai leher Muhkam dalam keadaan ia sedang berceramah. Abdurrahman berhasil membunuh Muhkam.

Al-Barra’ bin Malik mengatakan, “Wahai pasukan muslimin, lemparkan aku ke arah pasukan musuh di dalam benteng.”

Kemudian, pasukan muslimin menempatkannya di atas perisai, dan mengangkatnya dengan tombak hingga bisa melemparkannya ke arah pasukan musuh melewati pagar benteng. Al-Barra’ memerangi pasukan Musailamah yang berada di dekat pintu, hingga Al-Barra’ berhasil membuka pintu tersebut. Kemudian pasukan kaum muslimin masuk ke dalam.

 

AKHIR PEPERANGAN

Pasukan muslimin terus memerangi orang-orang murtad yang ada di dalam banteng. Kemudian pasukan Islam berhasil menuju ke arah Musailamah -semoga Allah terus melaknatnya-. Ketika itu, ia sedang berdiri di atas pagar yang retak seakan ia adalah unta yang berwarna abu-abu.

Musailamah ingin bersandar karena ia tidak bisa menahan marah. Apabilan setan dalam diri Musailamah meninggalkannya, akan keluar buih dari pelipisnya. Lalu Wahsyi bin Harb, maula Jubair bin Muth’im, mendekati Musailamah dan melemparnya dengan tombak kecil. Tombak itu tepat mengenai Musailamah dan tembus pada sisi tubuh yang lain. Abu Dujanah bin Khirasyah bersegera menuju Musailamah dan menebaskan pedang. Musailamah akhirnya tersungkur tewas.

Seorang perempuan berteriak dari arah bangunan, “Pimpinan Wadha`ah telah dibunuh oleh seorang budak hitam.”

Jumlah pasukan kafir yang dibunuh di dalam banteng dan di medan perang mendekati angka 10.000 korban, dan ada yang mengatakan 21.000. Sedangkan jumlah pasukan Islam yang meninggal berjumlah 600 orang, dan ada yang mengatakan 500 orang dan ada yang mengatakan 1200 orang. Wallahu a’lam.

Tinggalkan komentar